Minggu, 27 Juni 2010

HADIST PALSU



BAB I PENDAHULUAN

Sejak terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abi Thalib serta Muawiyah yang masing-masing ingin memegang jabatan khalifah, maka umat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu Syi’ah, Khawarij dan Jumhur. Masing-masing kelompok mengaku berada dalam pihak yang benar dan menuduh pihak lain yang salah. Untuk membela pendirian masing-masing, maka mereka membuat hadits-hadits palsu. Mulai saat itulah muncul riwayat-riwayat hadits palsu. Orang-orang yang mula-mula membuat hadits palsu adalah dari golongan Syi’ah kemudian golongan Khawarij dan Jumhur, dan hal ini diakui langsung oleh Ibn Abil Hadid, seorang ulama’ Syi’ah. Dalam kitabnya Nahyu’i- Balaghah. Ia menulis: “ Ketahuilah bahwa asal-asalnya timbul hadits yang menerangkan keutamaan-keutamaan pribadi-pribadi adalah dari golongan Syi’ah sendiri”. Perbuatan mereka ini ditandingi oleh golongan Sunnah ( Jumhur ) yang bodoh-bodoh. Mereka juga membuat hadits untuk mengimbangi hadits-hadits yang dibuat oleh golongan Syiah itu. Maka dengan keterangan ringkas ini nyatalah bahwa kota-kota yang mula-mula mengembangkan hadits-hadits palsu (Maudlu’) ialah kota Iraq (kaum Syi’ah berpusat di sana). Dari penjelasan di atas telah sedikit memberi kita gambaran bahwa keberadaan hadits palsu merupakan sebagai sebuah sarana pengabsahan suatu golongan, dalam artian pembenaran diri. Ini jelas mengindikasikan syariat yang ada telah mereka obrak-abrik dengan adanya sesuatu yang ilegal. Akan tetapi, senagai satu usaha untuk menanggulangi serta memberantas kegiatan ini, para ulama’ sepakat melakukan beberapa usaha, salah satu diantaranya adalah dengan memuat hadits-hadits palsu dalam kitab-kitab. Perlu dipahami dengan jeli memang bahwa dengan kedudukan hadits sebagai sumber hokum yang kedua, maka menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk lebih teliti dan selektif dalam mengambil sebuah dasar hukum. Perlu adanya pemikiran ilmiah yang mana menafikan adanya pemahaman tekstual dan saklek sehingga tidak menutup mata atas dasar-dasar hukum yang ada. Untuk penjelasan lebih detail dapat ditemukan dalam bab pembahasan pada halaman-halaman selanjutnya.

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADITS PALSU
Hadits Maudlu’ adalah isim maf’ul dari wa-dha-‘a, ya-dha-u, wadh-‘an, yang memiliki arti al-isqoth(meletakan atau menyimpan), al-iftira’ wa al-ikhtilaq( mengada-ngada atau membuat-buat), dan al-tarku(ditinggal). Sedangkan pengertian hadits maudhu’ menurut istilah: “ hadits yang disandarka kepada rosulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan, ataupun menetapkannya”.

B. SEBAB-SEBAB KEMUNCULAN HADITS PALSU
1. Motif Politik - Kelompok Syi’ah Syi’ah merupakan kelompok yang paling besar dan paling banyak membuat Hadits-Hadits palsu. Bahkan dikemukakan oleh Ibnu Abi al-Hadid, “Asal mula munculnya Hadits-Hadits palsu dari golongan Syi’ah mereka pada mulanya hanya membuat Hadits-Hadits palsu mengenai keutamaan mereka, kemudian mereka membuat Hadits-Hadits palsu untuk menantang musuh-musuh mereka. Diantara Hadits-Hadits palsu yang mereka buat adalah: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah telah mengampuni, kedua orang tuamu, keluargamu, pendukungmu dan orang-orang yang mencintaimu”. - Mu’awiyah Sementara itu kelompok yang mendukung Mu’awiyah juga tidak mau kalah ketika mereka merasa diserang dengan Hadits-Hadits palsu, mereka pun ada yang akhirnya membuat Hadits palsu untuk menandingi lawannya, diantaranya Hadits palsu tersebut adalah : “Orang-orang yang terpercaya di sisi Allah ada tiga: Aku, Jibril dan Mu’awiyah” - Khawarij Muhammad Ajjaj Al-Khatib mengemukakan: “Tidak ada riwayat yang tegas bahwa kaum Khawarij membuat Hadits palsu. Bahkan menurut pendapat yang kuat, bahwa latar belakang ketiadaan mereka membuat Hadits palsu adalah keyakinan mereka bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan berdusta termasuk dosa besar. Bahkan banyak kabar yang mengukuhkan bahwa mereka merupakan kelompok yang paling jujur dalam meriwayatkan Hadits. Dalam hal ini Abu Daud mengatakan, “diantara para pengikut hawa nafsu, tidak ada aliran lebih yang lebih shahih Haditsnya dibandingkan dengan Khawarij”.
2. Upaya-upaya Musuh Islam Ketika wilayah Islam semakin luas dan pengikut Islam semakin banyak, ternyata tidak sedikit diantara mereka orang-orang yang sebenarnya sangat memusuhi Islam namun tidak kuasa untuk konfrontatif dengan Islam menggunakan senjata, karena begitu kuatnya pemerintahan Islam. Hal ini membuat mereka untuk berupaya menghancurkan Islam dari dalam. Diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id al-Syami yang merupakan kelompok zindiq, dia membuat Hadits-Hadits palsu. Diantara Hadits-Hadits palsu adalah: “Aku adalah penutup para Nabi. Dan tidak ada Nabi sesudahku, kecuali apabila dikehendaki oleh Allah”. Ada juga pemalsu Hadits yang bernama Abdul Karim bin Abi al-Auja’ yang memberikan pengakuan sebelum lehernya dipenggal karena memalsukan hadits palsu, ia mengatakan “demi Allah saya telah membuat hadits palsu sebanyak empat ribu Hadits”.
3. Perbedaan ras fanatisme, kesukuan, daerah dan imam. Terkadang fanatisme pada ras, suku, daerah atau imam dapat menjadikan pendorong dalam pemalsuan Hadits. Sebagai contoh pada fanatisme ras adalah Hadits palsu berikut:
a. Sebagai contoh pada fanatisme ras dan kesukuan adalah Hadits palsu berikut: “Sesungguhnya bahasa orang-orang yang ada di Arsy adalah Bahasa Parsi”. Kemudian ras lain yang berlawanan dengan kelompok Persia membuat Hadits palsu tandingannya: Bahasa yang paling dibenci Allah adalah Bahasa Persia dan bahasa penduduk surga adalah Bahasa Arab.
b. Contoh Hadits palsu pada fanatisme imam adalah “Akan tiba pada umatku seseorang yang bernama Muhammad bin Idris, dia lebih berbahaya bagi umatku dari pada Idris.”
4. Perbedaan Mazhab dan Faham Perbedaan madzhab dalam ibadah sampai derajat fanatic juga merupakan penyebab munculnya Hadits palsu. Masing-masing ingin mendapatkan legitimasi penguat untuk madzhab yang dianutnya. Diantaranya adalah Hadits palsu berikut yang artinya adalah: “Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’, maka tiadalah sholat baginya”
5. Pembuat Cerita Sebagian tukang cerita memiliki keinginan agar ceritanya didengar oleh orang banyak yang kemudian memotivasi mereka. Dan melambungkan angan-angan mereka. Dan melambungkan angan-angan mereka. Terkadang mereka melakukan itu demi untuk mendapatkan pemberian-pemberian dari para audiensnya. Salah satu contohnya adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ja’far Muhammad Atthayalisi (Al-Khatib, 1989: 424-425). ”Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in sholat di masjid Ar-Rashafah. Kemudian ada seorang tukang cerita di hadapan jamaah berkata: “telah meriwayatkan pada kami Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in, keduanya berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Aburrazaq dari Ma’mar dari Qatadah dari Anas, katanya : Rasululloh SAW, bersabda: “Barang siapa mengucapkan La ilaaha illallah, maka Allah akan menciptakan satu burung setiap katanya, yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan”. Mendengar kisah ini Ahmad bin Hambal menoleh ke Yahya bin Ma’in dan Yahya bin Ma’in juga menoleh ke Ahmad bin Hambal, lalu bertanya, engkau meriwayatkan Hadits itu? Lalu ia menjawab, demi Allah baru kali ini aku mendengarnya”. Kemudian seusai orang tersebut bercerita dan mengambil pemberian-pemberian, tukang cerita itu duduk untuk menunggu yang lainnya. Lalu Yahya memanggilnya, kemarilah! Lalu orang itu mendatangi Yahya bin Ma’in mengira akan diberikan sesuatu. Lalu Yahya bertanya: siapa yang meriwayatkan Hadits ini kepadamu? Ia menjawab, Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in. Lalu Yahya berkata, aku Yahya bin Ma’in dan ini temanku Ahmad bin Hambal. Dan kami tidak pernah mendengar Hadits ini dari Rasululloh SAW. Lalu ia berkata: aku sering mendengar bahwa Yahya bin Ma’in adalah orang yang dungu, dan baru saat ini aku membuktikannya. Apakah tidak ada Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hambal selain kalian berdua? Aku telah menulis tujuh belas Ahmad bin Hambal dan yang Yahya bin Ma’in. lalu Ahmad bin Hambal menutupkan kerah bajunya kemurkaan seraya berkata, “Biarkan ia pergi”, lalu ia pergi seperti sedang meremehkan keduanya”. Dalam beberapa motif membuat hadits palsu diatas, kiranya dapat dikelompokan menjadi: Peratama, ada yang karena sengaja; kedua, ada yang karena meyakini bahwa membuat hadits palsu diperbolehkan; ketiga, ada yang tidak sengaja merusak islam; keempat, ada yang tidaka tahu jika ia telah membuat hadits palsu.
6. Ingin dekat dengan penguasa Diantara pemalsuan Hadits yang terjadi adalah dikarenakan faktor ingin “Mencari muka” kepada para penguasa, agar mereka mendapatkan “sesuatu”. Diantaranya adalah seperti yang dilakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim yang berdusta untuk kepentingan Khalifah al-Mahdi yang ketika itu Al-Mahdi sedang bermain burung. Ghiyats mengatakan: “Tidak ada perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan kuda, dan burung merpati” Ghiyats menambah Janah (burung merpati) pada Hadits tersebut. Kemudian al-Mahdi memberikan sepuluh ribu dirham kepada Ghiyats kemudian memotong burung tersebut”. Setelah Ghiyats pulang, Al-Mahdi mengatakan, aku bersumpah bahwa tengkukmu adalah tengkuk tukang dusta kepada Rasulullloh SAW.

C. TUJUAN ATAU MOTIF PEMBUATAN HADITS PALSU
Ada banyak hal yang mendorong seseorang untuk membuat hadits palsu (maudhu’), yaitu diantaranya:
a. Mempertahankan ideologi partai (golongan)nya sendiri dan menyerang golongan yang lain. Pertentangan politik kekhilafahan yang timbul sejak akhir kekhalifahan Usman bin Affan dan awal kekhalifahan Ali bin Abi Thalib bisa dikatakan sebagai sebab munculnya golongan-golongan yang saling menyerang dengan pembuatan hadits-hadits palsu. Misal munculnya Syiah, kemudian Khawarij. Golongan Syiah yang paling banyak menciptakan hadits palsu ialah Syiah Rafidhah. Kaum Syafi’i mengatakan “saya tidak melihat suatu kaum yang lebih berani berdusta selain kaum Rafidhah”. Mereka membuat hadits-hadits palsu tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait, bahkan mereka pun menciptakan hadits tentang keutamaan Fatimah. Misalkan hadits yang mereka buat sebagai berikut:
لما اسرى النبي اتاه جبريل بسفرجلة من الجنة قاكلها فعلقت السيدة خديجة بقاطمة فكان اذاشتاق الى رائحة الجنة شم فاطمة
“Ketika Nabi diisra’kan, Jibril datang memberikan buah Safarjalah dari surga. Kemudian sayyidah Khodijah menghubungkan buah tersebut dengan Fatimah. Karena itu apabila Rasulullah rindu akan bau-bauan surga, beliau lalu mencium Fatimah”
Kepalsuan hadits ini sangat jelas sekali, sebab Khodijah telah meninggal sebelum peristiwa Isra. Disamping mereka membuat hadits-hadits palsu untuk memuji golongan mereka sendiri, mereka pun membuat hadits-hadits untuk menyerang golongan yang lain. Misalkan mereka membuat hadits untuk menjelek-jelekan Muawiyah sebagai berikut:
ااذا رايتم معاوية على منبرى فاقتله
“Apabila kamu melihat Muawiyah berada diatas mimbarku, maka bunuhlah dia”
b. Untuk merusak dan mengeruhkan agama Islam Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Zindiq, mereka membenci melihat kepesatan tersiarnya agama Islam dan kejayaan pemerintahannya. Mereka merasa sakit hati melihat orang-orang berbondong-bondong masuk Islam. Dengan maksud untuk merusak dan mengeruhkan agama Islam mereka membuat beribu-ribu hadits palsu dalam bidang aqidah, akhlaq, pengobatan dan hokum tentang halal dan haram. Diantara hadits palsu yang mereka ciptakan ialah: “Tuhan kami turun dari langit pada sore hari di Arafah, dengan berkendaraan unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang berjalan”.
c. Fanatik kebangsaan, kesukuan, kedaerahan, kebahasaan, dan kultus terhadap Imam mereka. Mereka yang ta’asub (fanatik) kepada bangsa dan bahasa parsi menciptakan hadits maudhu sebagai berikut:
ان الله اذا غضب انزل الوحي بالعربية واذا رضى انزل الوحي بالفارسية
“Sesungguhnya Allah apabila marah, maka Dia menurunkan wahyu dalam bahasa Arab. Dan apabila reda maka Dia menurunkan wahyu dalam bahasa Parsi”
Kemudian golongan yang tersinggung membalas dengan membuat hadits yang palsu pula, “Sesungguhnya Allah itu apabila marah menurunkan wahyu dalam bahasa Parsi dan apabila reda maka menurunkan wahyu dalam bahasa Arab. Dan diantara contoh hadits-hadits palsu yang bermotiv karena kultus terhadap imam diantaranya:
سيكون رجل في امتي يقال ابو حنيفة النعمان هو نوراامتي
“Nanti akan lahir seorang laki-laki pada umatku bernama Abu Hanifah an-Nu’man, sebagai pelita umatku” Ada juga golongan Syafi’iyah yang sempit pandangannya dan melibatkan diri untuk membuat hadits palsu untuk melawan pengikut-pengikut Abu Hanifah: “Akan lahir seorang laki-laki pada umatku yang bernama Muhamad bin Idris, yang paling menggetarkan umatku daripada iblis”
d. Membuat kisah-kisah dan nasihat-nasihat untuk menarik minat para pendengarnya. Kisah dan nasihat itu mereka nisbatkan kepada nabi, misalkan kisah-kisah yang menggembirakan tentang surga: “Didalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang berbau harum semerbak, masa tuanya berjuta-juta tahun dan Allah menempatkan mereka disuatu istana yang terbuat dari mutiara putih. Pada istana itu terdapat tujuh puluh ribu papiliun yang setiap papiliun terdapat tujuh puluh ribu kubah. Yang demikian itu tetap berjalan selama tujuh puluh ribu tahun tanpa bergeser sedikitpun”
e. Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah. Mereka yang menganggap tidak syah shalat dengan mengangkat tangan dikala shalat, membuat hadits palsu: “Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya dalam shalat maka tidaklah sah shalatnya” Dan masih banyak lagi motiv-motiv seseorang membuat hadits palsu, diantaranya dengan motiv untuk mencari muka dihadapan penguasa, dank arena memang kejahilan seseorang didalam ilmu agama.

D. TANDA-TANDA HADITS PALSU

1. Dalam hal Sanad
a. Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti pengakuan salah seorang guru tasawuf ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an, serentak ia menjawab: “Tidak seorangpun yang meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi serentak kami melihat manusia-manusia sama benci terhadap Al-Qur’an, kami ciptakan hadits ini (tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an) agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai Al-Qur’an.
b. Qorinah-qorinah yang memperkuat adanya pengakuan membuat hadits palsu (maudhu). Misalnya seorang rowi mengaku menerima hadits dari seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut. Atau menerima dari seorang guru yang sudah meninggal dunia sebelum ia dilahirkan.
c. Hadits maudhu memang yang paling banyak tidak memiliki sanad.

2. Dalam hal matan.
Ciri-ciri yang terdapat pada matan hadits palsu atau hadits maudhu, dapat ditinjau dari segi makna dan segi lafadznya. Dari segi makananya, maka makna hadits itu bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits mutawatir, ijma dan akal sehat. Adapun dari segi lafadznya yaitu susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.

E. GOLONGAN PEMBUAT HADITS PALSU

Untuk memperoleh penghargaan yang baik dari para pembesar, teristimewa dari para khalifah, maka ulama-ulama Su’ membuat hadits-hadits yang dapat dipergunakan untuk membaikan sesuatu perbuatan para khalifah atau penguasa. Dengan memperhatikan keterangan-keterangan di atas nyatalah bahwa golongan-golongan yang membuat hadits palsu ialah:
1. Zanadiqah (orang-orang zindiq, menghancurkan Islam karena dendam dan dengki)
2. Penganut Bid’ah
3. Fanatik kepada partai
4. Ta’ashub kepada kebangsaan, negeri dan keimaman
5. Ta’ashub kepada Madzhab
6. Para Qushshash (ahli riwayat dongeng)
7. Ahli Tashauwuf Zuhhad yang keliru
8. Orang yang mencari penghargaan pembesar negeri
9. Orang yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan hadis-hadis yang tidak diperoleh orang lain.

F. KITAB-KITAB YANG MEMUAT HADITS PALSU

Para ulama telah berupaya melakukan pemberantasan hadits-haduts palsu, salah satu diantaranya adalah dengan cara menunjukkan nama-nama dari oknum-oknum atau golongan-golongan yang memalsukan hadits berikut hadits-hadits yang dibuatnya supaya umat Islam tidak terpengaruh dan tersesat oleh perbuatan mereka. Untuk itu para ulama’ menyusun kitab-kitab yang secara khusus menerangkan hadits-hadits palsu tersebut yaitu diantaranya: Tadzkirat al-Maudhu’at, karya Abu al-Fadhl Muhammad bin Thahir al-Maqdisi (448-507 H). buku ini menyebutkan penilaian cacat atas para periwayat yang membawa haditsnya. Al-Maudhu’at al-Kubra, karya Abu al-Faraj ‘Abdur Rahman ibn al-Jauzi 508-597 H). kitab ini pun menerangkan tentang penilaian cacat atas para periwayat yang membawa haditsnya, akan tetapi penulis agaknya l;ebih mudah memberi judgement pada sebuah hadits. Al-Durr al-Multaqath fi Tibyan al-Ghalath, karya Radhi al-Din Abu al-Fadhl Hasan ibn Muhammad ibn Husain (w. 623 H) Al-Ba’ith ‘ala al-Khalash min Hawadits al-Qasshash, karya Zainuddin ‘Abdurrahman al-Iraqi (725-806 H) Tanzih al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar al-Syari’ah al-Maudhu’ah) oleh Abu al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad al-Kannani (w. 963 H) Al-Fawaid al-Majmu’ah fi al-Alhadits al-Maudhu’ah) oleh al-Qadhi Abu Abdillah Muhammad ibn ‘Ali al-Syaukani (1173-1255 H).


G. USAHA-USAHA UNTUK MEMBERANTAS HADITS PALSU

Setelah tadi disebutkan mengenai beberapa kitab yang memuat hadsits-hadits palsu, maka selain hal itu, para ulama juga melakukan beberapa usaha gyna membendung hadits-hadits palsu yang beredar, diantaranya ialah:
1. Pembukuan hadits Upaya ini dilakukan guna memilah mana yang hadits shahih serta mana yang hadits palsu. Puncak usaha pembukuan hadits ini adalah yang dilakukan oleh al-Bukhori dan muridnya al-Muslim dimana mereka hanya membukukan hadits yang shahih-shahih saja.
2. Pembentukan ilmu-ulmu hadits Ilmu-ulmu ini meliputi bidang: - Bidang kualaitas periwayat. Di sini maka akan diketahui apakah periwayat tersebut tercela , sehingga haditsnya harus ditolak atau terpuji (adil), sehingga haditsnya layak disebarkan. - Bidang persambunagan sanad. Di sni akan ditelususri apakah mata rantai sebuah hadits itu telah benar, dalam artian apakah para periwayat tersebut terdapat satu ikatan yang muttashil. - Bidang jalur periwayatan. Hal ini untuk mengetahui apakah jalur periwayatan tersebut dinilai mutawatir atau ahad atau bahkan gharib. - Bidang sandaran hadits. Hal ini untuk mengetahui apakah hadits tersebut disandarkan pada sahabat (mauquf) atau disandarkan pada tabi’in (maqthu’).
3. Menghimpun biografi para periwayat hadits. Hal ini membantu untuk mengetahui kualitas periwayat serta membantu memeberi informasi apakah sebuah mata rantai hadits saling bertemu. Maka muncullah Ilmu Rijal al-Hadits.
4. Perumusan istilah-istilah Hadfits (Musthalah al-Hadits). Secara ringkas, ilmu ini meruakan sebuah hasil jerih payah melaksanakan penelusuran hadits sebagaimana tercantum dalam ilmu-ilmu hadits.


H. HADITS PALSU DI MASA SEKARANG DAN CARA MENYIKAPINYA

Sebagaimana kita bersikap ilmiah dalam perkara-perkara dunia maka kita juga harus bersikap ilmiahlah dalam perkara agama. Jangan mengambil sebuah hukum atau syariat yang bersumber dari hadits lemah apalagi hadits palsu. Atau ikut-ikutan menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu tanpa menjelaskan status hadits itu. Bahkan ada yang dengan mudahnya mengatakan: “Hadist Shahih” ! padahal hadits tersebut palsu. Perbuatan seperti ini telah diancam dalam sebuah hadits yang mulia, “Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka.” (HR. Bukhari juz 1 dan Muslim juz 1). Hadits ini statusnya shahih dan mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalan). Betapa banyak hadits lemah dan palsu yang beredar di kalangan umat Islam karena mereka tidak selektif dalam mendengar dan mengambil hadits, akibatnya adalah munculnya masalah dan penyimpangan dalam kehidupan bermasyarakat, beribadah, berakhlak dan berakidah.


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari penjelasan mengenai hadits palsu.
1. Hadits palsu adalah sesuatu yang disandarkan atau dinisbatkan kepada Rasululloh SAW secara mengada-ngada dan dusta, yang sama sekali tidak pernah diucapkan, dikerjakan atau ditetapkan oleh beliau.
2. Sebab-sebab munculnya Hadits palsu antara lain: Ada bebarapa alasan yang menyebabkan timbulnya atau muncul hadits palsu. Diantaranya adalah; masalah politik, antara kaum Syiah, khawarij dan Muawiyah, Perbedaan mazhab, masalah kesukuan atau golongan serta ada pula disebabkan oleh kelompok yang ingin memecah belah umat Islam.
3. Tujuan pembuatan hadits palsu;Mempertahankan ideologi partai (golongan)nya sendiri dan menyerang golongan yang lain, Untuk merusak dan mengeruhkan agama Islam, Fanatik kebangsaan, kesukuan, kedaerahan, kebahasaan, dan kultus terhadap Imam mereka; Membuat kisah-kisah dan nasihat-nasihat untuk menarik minat para pendengarnya, Mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah, dan mempertahankan madzhab dalam masalah khilafiyah fiqhiyah dan kalamiyah.
4. Tanda-tanda hadist palsu
• Dalam hal Sanad Berasal dari pengakuan si pembuat, dari qorinah-qorinah yang memperkuat adanya hadits palsu, tidak adanya sanad.
• Dalam hal matan. Adanya perbedaan makna yang mencolok. Golongan pembuat hadits palsu
1. Zanadiqah (orang-orang zindiq, menghancurkan Islam karena dendam dan
2. Penganut Bid’ah
3. Fanatik kepada partai
4. Ta’ashub kepada kebangsaan, negeri dan keimaman
5. Ta’ashub kepada Madzhab
6. Para Qushshash (ahli riwayat dongeng)
7. Ahli Tashauwuf Zuhhad yang keliru
8. Orang yang mencari penghargaan pembesar negeri
9. Orang yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan hadis yang tidak diperoleh orang lain.


B. KRITIK DAN SARAN

Demikianlah yang bisa penyaji sajikan mengenai pembahasan “Hadits Palsu”, ada banyak kurang serta lebihnya dalam penyajian makalah kami ini, kami sebagai penyaji tetap menginginkan kritikan serta saran-saran yang mampu penyaji gunakan di kempatan lain.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Munzier Suparta M.A. 2003. ILMU HADITS. Rajawali Pers: Jakarata.
Yaqub, Musthofa Ali, 2000. Kritik Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus. Ahmad, Muhammad. 2000. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka
Setia Azami. M.M. 2003. Memahami Ilmu Hadits. Jakarta: Lentera Al-Khatib.
Ajaj Muhammad. 2003. Usuhul al-Hadits. Jakarta: Gata Media Pratawa
FIFA.Com.net.celdi
Prof. Dr.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. 1981. Pokok-pokok ilmu Dirayah Hadist. Jakarta: Bulan Bintang.
من رفع يديه في الصلاة قلا صلاة له

Tidak ada komentar:

Posting Komentar